Selasa, 15 April 2014

PEWAYANGAN



PERANG BARATAYUDHA

Diceritakan Begawan Abiyasa mempunyai 3 putra, Raden Dhestarastra, Raden Pandhudewanata dan Raden Widura. Ketiga putra Begawan Abiyasa tersebut masing-masing mempunai kecacatan, Raden Dhestarasta adalah seorang Raden yang buta. Raden Pandhu memiliki leher pendek sedangkan Raden Widura memiliki kaki yang cacat yaitu kedua kakinya tidak sama. Karena Raden Destarasta tersebut buta, sehingga yang menjadi Ratu adalah Raden Pandhu, yang memiliki nama Prabu Pandhudewanata. Prabu Pandhudewanata dikaruniai 5 putra, sehingga disebut Pandawa lima. Putra Pandhu yang sulung bernama Raden Yudhistira (Puntadewa), yang kedua adalah Raden Werkudara, anak tengah Prabu Pandhu bernama Raden Janaka dan yang terakhir adalah putra kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa.
Raden Dhestarastra mempunyai 100 putra yang disebut kurawa, yang mempunai arti kurawa berjumlah seratus dengan jumlah putra 99 dan seorang putri yang bernama Dewi Dursilawati. Anak pertama adalah Raden Jaka Pitana atau Duryudana. Anak yang kedua adalah Raden Pursasana, Raden Kartamarma, Raden Durmagati, Raden Citaraksa dan Raden Citraksi. Prabu Pandhu meninggal ketika Pandawa masih sangat kecil. Hal itu menjadikan kerajaan Ngastina dititipkan atau dipasrahkan kepada Adipati Dhestarastra ang merupakan Prabu Wakil. Sang Prabu wakil kemudian meninggal. Raden Jaka Pitana menjadi ratu Ngastina yang disebut Prabu Duryudana.
Ketika Pandawa sudah dewasa, Raden Punta sudah menjadi Ratu di Ngamarta. Meskipun Raden Durudan sudah menjadi Ratu, namun Prabu Puntadewa tetap bersikeras meminta kembali Keraton Ngastina. Akan tetapi para Kurawa bersikeras untuk tidak mau mengembalikan Keraton Ngastina kepada Pandawa. Sehingga pada akhirnya terjadi perang saudara yang besar yang disebut Perang Barataudha. Perang Baratayudha adalah perang saudara yang memperebutkan warisan. Prabu Duryudana marah dan tidak mau mengembalikan Nagari Ngastina meskipun hanya diminta setengah dari Nagari Ngastina. Prabu Puntadewa juga marah dan masih tetap meminta kembali Nagari Ngastina. Pada akhir perang Barathayudha, Kurawa meninggal semua dan hanya tersisa cucu dari Kurawa yaitu Raden Parikesit.

Adapun babak di dalam perang Baratayudha adalah sebagai berikut:

·         Babak 1: Kresna Duta (Seta Gugur)
Pandawa sudah 13 tahun lamanya mengalami pembuangan di hutan. Sehingga sudah waktunya Pandawa meminta kembali Nagari Ngastina saking Kurawa. Oleh karena itu Pandawa meminta bantuan Sri Kresna yang merupakan duta dari Pandawa. Akan tetapi Kurawa tidak memberikan kekuasaan kepada Pandawa. Mengetahui hal tersebut, Sri Kresna marah dan mengobrak-abrik Ngastina. Para Kurawa menjadi takut akan kejadian tersebut. Kemudian pada akhirnya Bathara Darma datang dan dapat melerai sang triwikrama. Sri Kresna pulang menemui Pandawa dan menyampaikan hasil dari pertemuannya dengan Kurawa.

·         Babak 2 : Tawur (Bisma Gugur)
Bisma, senapati Ngastina yang sakti meninggal setelah dipanah oleh Dewi Srikandi. Pada dasarnya Dewi Srikandi tersebut takut, namun Dewi srikandi menjadi seorang wanita yang berani setelah raganya dirasuki sukma dari Dewi Amba. Dewi Amba adalah wanita yang akan dinikahi oleh Bisma. Akantetapi Bisma tidak mengingkari sumpahnya, yaitu tidak akan menikah. Dewi Amba tanpa sengaja meninggal karena terkena senjata dari Bisma, dan berkata bahwa Bisma akan meninggal di Perang besar oleh seorang satria perempuan dari Nagari Cempalaradya.

·         Babak 3: Paluhan (Bogadenta Gugur)
Setelah Resi Bisma meninggal, Prabu Bogadenta menjadi seorang  Senapati. Sedangkan Arjuna menjadi Senapati Pandawa yang diapit oleh Werkudara. Prabu Bogadenta mengamuk kaena menengar kabar tersebut. Sehingga hal tersebut membuat Arjuna perang melawan Bogadenta. Prabu Bogadenta kalah dengan Arjuna, oleh sebab itu Prabu Bogadenta digantikan oleh Prabu Gardapati. Akan tetapi pada akhirnya Prabu Gardapati juga dikalahkan oleh Pandawa.

·         Babak 4: Ranjapan (Abimanyu Gugur)
Abimanyu adalah putra dari Arjuna dengan Dewi Subadra. Abimanyu gugur di perang besar yang merupakan satria muda dari Pandawa. Pada saat perang, Abimanyu membunuh para satria dari Kurawa, yaitu Laksmana, putra Duryudana. Prabu Duryudana marah dan mengutus para prajurit supaya membunuh Abimanyu. Ketika Dursasana perang melawan Abimanyu, Abimanyu dikroyok oleh para prajurit Kurawa dan gugur (meninggal) terkena Gada dari Dursasana.

·         Babak 5: Timpalan (Burisrawa Gugur)
Pada awalnya Raden Burisrawa perang melawan Raden Harya Sencaki. Namun mengetahui  Raden Harya Sencaki kalah, Sri Kresna kemudian mengutus Raden Janaka supaya menjambak rambut yang telah dipegang oleh Janaka yang sejajar dengan leher raden Buriswara. Raden Janaka yang masih sedih atas meninggalnya Abimanyu, kemudian mengeluarkan senjata Pasopati. Akan tetapi senjata tersebut meleset sehingga terkena bahu Raden Burisrawa sehingga Prabu Burisrawa terpental. Setelah Raden Burisrawa terkena senjata Pasopati, Raden Harya Sencaki kemudian mengeluarkan senjata yang mengenai leher dari Raden Burisrawa sehingga leher Raden Burisrawa tersebut putus. Sehingga Raden Burisrawa gugur meninggal di Palagan.

·         Babak 6: Suluhan (Gatotkaca Gugur)
Setelah Buriswara gugur, Kurawa menjadikan adipati Karna sebagai senapati. Hari berganti malam dan perang harus diakhiri. Akan tetapi, Kurawa memerintahkan para senapati memecah belah prajurit Pandawa. Mengetahui kejadian tersebut, Sri Kresna kemudian menyuruh Gatotkaca sang raja Pringgondani untuk melawan Karna.  Ketika masih berwujud jabang tetuka, Gatotkaca mempunyai ari-ari yang tidak bisa dipotong dengan senjata apapun.
Kuku Pancanaka Werkudara mental. Keris Pulanggeni Arjuna tidak mempan. Kemudian, Arjuna bersemedi dan meminta pertolongan kepada para Dewa. Bathara Guru kemudian mengutus Bathara Narada untuk memberikan keris Kunta Wijayandanu. Tetapi Adipati Karna yang berwujud seperti Raden Arjuna dapat merebut keris dari Bathara Narada. Ketika Bathara Narada mengetahui  jika sudah dibohongi oleh Karna, Bathara Narada mengutus Arjuna supaya dapat merebut senjata Kunta dari sang Adipati Karna. Dengan senjata warangka ari-ari Gatotkaca dapat terpotong tetapi waraka tersebut kemudian menyatu dibadan jabang tetuka.
Ketika perang besar, senjata Kunta adipati Karna sudah tentu mencari warangkanya. Walaupun Gatotkaca itu satria otot kawat balung wesi, akan tetapi takdir tidak dapat dirubah. Gatotkaca gugur terkena Kunta Wijayandanu di palagan.

·         Babak 7: Jambakan (Dursasana Gugur)
Pada kejadian di Jambakan tersebut Dursasana dikalahkan oleh Werkudara. Tubuhnya hancur lebur karena dadanya terkena kuku Pancanaka, setelah darahnya mengallir digunakan untuk keramas rambut Dewi Drupadi. Pada saat itu Dursasana ingin membuktikan kepada Dewi Banowati bahwa dia dapat mengalahkan Arjuna, dan Dursasana tidak takut darah. Setelah Dursasana menantang Werkudara yang masih bersedih lantaran putra yang dikasihinya gugur di Palagan yang melatar belakangi terjadinya perang antara Werkudara dengan Dursasana.

·         Babak 8: Karna Tandhing (Salya Gugur)
Adipati Karna yang merupakan Senapati Kurawa yang perang melawan Arjuna. Karna dipimpin oleh Prabu Salya, sedangkan Arjuna dipimpin oleh Sri Kresna. Pada perang tersebut Karna gugur karena terkena panah Pasopati Arjuna. Setelah kejadian itu Prabu Salya menghadapi Para Pandarwa. Ketika masih muda, Prabu Salya membunuh Begawan Bagaspati (mertua dari Prabu Salya). Begawan Bagaspati kemudian bersumpah akan membalas kematiannya pada perang Baratayudha melalui salah satu Pandawa ang mempunyai darah putih.

·         Babak 9: Rubuhan (Duryudana Gugur)
Prabu Durudana menginginkan perang gada dengan salah satu dari Pandawa. Dari Pandawa akhirnya Werkudara yang mau perang gada melawan Prabu Duryudana. Dengan menggunakan Aji Blabak Pangantol antol, Werkudara dapat menyerang Duryudana dengan gada yang beratnya sama dengan gunung Semeru yang mengenai paha kirinya. Prabu Duryudana kemudian terjatuh, dan digempur badannya dengan gada oleh Werkudara. Hal itu membuat badan dari Duryudana menjadi hancur lebur.


1 komentar: