PERANG
BARATAYUDHA
Diceritakan Begawan
Abiyasa mempunyai 3 putra, Raden Dhestarastra, Raden
Pandhudewanata dan Raden Widura. Ketiga
putra Begawan Abiyasa tersebut masing-masing mempunai kecacatan, Raden
Dhestarasta adalah seorang Raden yang buta. Raden Pandhu memiliki leher pendek
sedangkan Raden Widura memiliki kaki yang cacat yaitu kedua kakinya tidak
sama. Karena Raden Destarasta tersebut buta, sehingga yang menjadi Ratu adalah
Raden Pandhu, yang memiliki nama Prabu Pandhudewanata. Prabu Pandhudewanata
dikaruniai 5 putra, sehingga disebut Pandawa lima. Putra Pandhu yang sulung
bernama Raden Yudhistira (Puntadewa), yang kedua adalah Raden
Werkudara, anak tengah Prabu Pandhu
bernama Raden Janaka dan yang terakhir adalah putra kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa.
Raden Dhestarastra mempunyai 100 putra yang disebut kurawa, yang
mempunai arti kurawa berjumlah seratus dengan jumlah putra 99 dan seorang
putri yang bernama Dewi Dursilawati. Anak pertama adalah Raden
Jaka Pitana atau Duryudana. Anak yang
kedua adalah Raden Pursasana, Raden Kartamarma, Raden Durmagati,
Raden Citaraksa dan Raden Citraksi. Prabu Pandhu meninggal ketika Pandawa masih sangat kecil. Hal itu menjadikan kerajaan Ngastina
dititipkan atau dipasrahkan kepada Adipati Dhestarastra
ang merupakan
Prabu Wakil. Sang Prabu wakil kemudian
meninggal. Raden Jaka Pitana menjadi ratu Ngastina yang disebut Prabu
Duryudana.
Ketika Pandawa sudah
dewasa, Raden Punta sudah menjadi Ratu di Ngamarta. Meskipun Raden Durudan
sudah menjadi Ratu, namun Prabu Puntadewa tetap bersikeras meminta kembali Keraton
Ngastina. Akan tetapi para Kurawa bersikeras untuk tidak mau mengembalikan
Keraton Ngastina kepada Pandawa. Sehingga pada akhirnya terjadi perang saudara
yang besar yang disebut Perang Barataudha. Perang Baratayudha adalah perang
saudara yang memperebutkan warisan. Prabu Duryudana marah dan tidak mau mengembalikan Nagari Ngastina meskipun
hanya diminta setengah dari Nagari Ngastina. Prabu
Puntadewa juga marah dan masih tetap
meminta kembali Nagari Ngastina. Pada akhir perang Barathayudha,
Kurawa meninggal semua dan hanya
tersisa cucu dari Kurawa yaitu Raden Parikesit.
Adapun babak di dalam perang Baratayudha adalah
sebagai berikut:
·
Babak 1: Kresna Duta (Seta Gugur)
Pandawa
sudah 13 tahun lamanya mengalami pembuangan di hutan. Sehingga sudah waktunya Pandawa
meminta kembali Nagari Ngastina saking Kurawa. Oleh karena itu Pandawa meminta
bantuan Sri Kresna yang merupakan duta dari Pandawa. Akan tetapi Kurawa tidak
memberikan kekuasaan kepada Pandawa. Mengetahui hal tersebut, Sri Kresna marah
dan mengobrak-abrik Ngastina. Para Kurawa menjadi takut akan kejadian tersebut.
Kemudian pada akhirnya Bathara Darma datang dan dapat melerai sang triwikrama.
Sri Kresna pulang menemui Pandawa dan menyampaikan hasil dari pertemuannya
dengan Kurawa.
·
Babak 2 : Tawur (Bisma Gugur)
Bisma, senapati Ngastina yang
sakti meninggal setelah dipanah oleh Dewi Srikandi. Pada dasarnya Dewi
Srikandi tersebut takut, namun Dewi
srikandi menjadi seorang wanita yang berani setelah raganya dirasuki sukma dari Dewi Amba. Dewi Amba adalah wanita yang akan dinikahi
oleh Bisma. Akantetapi
Bisma tidak mengingkari sumpahnya, yaitu tidak akan menikah. Dewi Amba tanpa sengaja meninggal
karena terkena senjata dari Bisma, dan
berkata bahwa Bisma akan meninggal di Perang besar oleh seorang satria perempuan dari Nagari Cempalaradya.
·
Babak 3: Paluhan (Bogadenta Gugur)
Setelah
Resi Bisma meninggal, Prabu Bogadenta menjadi seorang Senapati. Sedangkan Arjuna menjadi Senapati
Pandawa yang diapit oleh Werkudara. Prabu Bogadenta mengamuk kaena menengar
kabar tersebut. Sehingga hal tersebut membuat Arjuna perang melawan Bogadenta.
Prabu Bogadenta kalah dengan Arjuna, oleh sebab itu Prabu Bogadenta digantikan
oleh Prabu Gardapati. Akan tetapi pada akhirnya Prabu Gardapati juga dikalahkan
oleh Pandawa.
·
Babak 4: Ranjapan (Abimanyu Gugur)
Abimanyu
adalah putra dari Arjuna dengan Dewi Subadra. Abimanyu gugur di perang besar
yang merupakan satria muda dari Pandawa. Pada saat perang, Abimanyu membunuh
para satria dari Kurawa, yaitu Laksmana, putra Duryudana. Prabu Duryudana marah
dan mengutus para prajurit supaya membunuh Abimanyu. Ketika Dursasana perang melawan
Abimanyu, Abimanyu dikroyok oleh para prajurit Kurawa dan gugur (meninggal)
terkena Gada dari Dursasana.
·
Babak 5: Timpalan (Burisrawa Gugur)
Pada awalnya Raden
Burisrawa perang melawan Raden Harya Sencaki. Namun mengetahui Raden Harya Sencaki kalah, Sri Kresna kemudian
mengutus Raden Janaka supaya menjambak rambut yang telah dipegang oleh Janaka yang
sejajar dengan leher raden Buriswara. Raden Janaka yang masih sedih atas
meninggalnya Abimanyu, kemudian mengeluarkan senjata Pasopati. Akan tetapi
senjata tersebut meleset sehingga terkena bahu Raden Burisrawa sehingga Prabu
Burisrawa terpental. Setelah Raden Burisrawa terkena senjata Pasopati, Raden
Harya Sencaki kemudian mengeluarkan senjata yang mengenai leher dari Raden
Burisrawa sehingga leher Raden Burisrawa tersebut putus. Sehingga Raden
Burisrawa gugur meninggal di Palagan.
·
Babak 6: Suluhan (Gatotkaca Gugur)
Setelah
Buriswara gugur, Kurawa menjadikan adipati Karna sebagai senapati. Hari
berganti malam dan perang harus diakhiri. Akan tetapi, Kurawa memerintahkan para
senapati memecah belah prajurit Pandawa. Mengetahui kejadian tersebut, Sri
Kresna kemudian menyuruh Gatotkaca sang raja Pringgondani untuk melawan
Karna. Ketika masih berwujud jabang tetuka, Gatotkaca mempunyai ari-ari yang tidak bisa dipotong dengan senjata apapun.
Kuku
Pancanaka Werkudara mental. Keris Pulanggeni Arjuna tidak mempan. Kemudian,
Arjuna bersemedi dan meminta pertolongan kepada para Dewa. Bathara Guru
kemudian mengutus Bathara Narada untuk memberikan keris Kunta Wijayandanu.
Tetapi Adipati Karna yang berwujud seperti Raden Arjuna dapat merebut keris
dari Bathara Narada. Ketika Bathara Narada mengetahui jika sudah dibohongi oleh Karna, Bathara Narada
mengutus Arjuna supaya dapat merebut senjata Kunta dari sang Adipati Karna.
Dengan senjata warangka ari-ari Gatotkaca dapat terpotong tetapi waraka
tersebut kemudian menyatu dibadan jabang tetuka.
Ketika
perang besar, senjata Kunta adipati Karna sudah tentu mencari warangkanya.
Walaupun Gatotkaca itu satria otot kawat balung wesi, akan tetapi takdir tidak
dapat dirubah. Gatotkaca gugur terkena Kunta Wijayandanu di palagan.
·
Babak 7: Jambakan (Dursasana Gugur)
Pada kejadian di Jambakan tersebut
Dursasana dikalahkan oleh Werkudara. Tubuhnya hancur lebur karena dadanya
terkena kuku Pancanaka, setelah darahnya mengallir digunakan untuk keramas
rambut Dewi Drupadi. Pada saat itu Dursasana ingin membuktikan kepada Dewi
Banowati bahwa dia dapat mengalahkan Arjuna, dan Dursasana tidak takut darah. Setelah
Dursasana menantang Werkudara yang masih bersedih lantaran putra yang
dikasihinya gugur di Palagan yang melatar belakangi terjadinya perang antara
Werkudara dengan Dursasana.
·
Babak 8: Karna Tandhing (Salya Gugur)
Adipati Karna yang merupakan
Senapati Kurawa yang perang melawan Arjuna. Karna dipimpin oleh Prabu Salya, sedangkan
Arjuna dipimpin oleh Sri Kresna. Pada perang tersebut Karna gugur karena
terkena panah Pasopati Arjuna. Setelah kejadian itu Prabu Salya menghadapi Para
Pandarwa. Ketika masih muda, Prabu Salya membunuh Begawan Bagaspati (mertua
dari Prabu Salya). Begawan Bagaspati kemudian bersumpah akan membalas
kematiannya pada perang Baratayudha melalui salah satu Pandawa ang mempunyai
darah putih.
·
Babak 9: Rubuhan (Duryudana Gugur)
Prabu Durudana menginginkan perang
gada dengan salah satu dari Pandawa. Dari Pandawa akhirnya Werkudara yang mau
perang gada melawan Prabu Duryudana. Dengan menggunakan Aji Blabak Pangantol
antol, Werkudara dapat menyerang Duryudana dengan gada yang beratnya sama
dengan gunung Semeru yang mengenai paha kirinya. Prabu Duryudana kemudian
terjatuh, dan digempur badannya dengan gada oleh Werkudara. Hal itu membuat
badan dari Duryudana menjadi hancur lebur.
Thanks for the article
BalasHapus