Sabtu, 02 November 2013

makhluk halus

Hubungan antara Manusia dengan Makhluk Halus

dalam Etika Jawa(Memayu Hayuning Bawana)
Manusia Jawa yang telah dipengaruhi hal-hal modern tetap masih percaya akan adanya alam lain selain alam yang di huni saat ini, yaitu alam gaib atau dunia gaib. Dunia gaib bersifat tidak kasat mata atau hanya dapat dilihat dengan mata batin, dan kemampuan  itupun hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja tidak semua orang dapat mengetahuinya. Biasanya yang dapat mengetahui, merasa ataupun melihat hanyalah orang-orang yang melakukan laku tirakat, ataupun orang yang mempunyai Trah atau keturunan darah biru.Seseorang yang mempunyai keturunan darah biru biasanya memiliki ilmu turunan dari para leluhurnya, atau dengan kata lain ilmu tersebut ada melalui faktor genetik.
Selain itu cara untuk dapat melihat atau berkomunikasi dengan makhluk halus tersebut diantaranya adalah dengan melakukan tapa, laku-laku kejawen yang sering dikenal dengan nglakoni, ataupun dengan melakukan puasa mutih, pati geni dan lain sebagainya hal ini bertujauan untuk Olah Roso (saling menghormati dan menghargai antara sesama makhluk).Cara manusia berkomunikasi dengan para makhluk halus yaitu dengan cara menggunakan bahasa batin, berbicara dalam hati sambil berkonsentrasi penuh dan menatap muka para makhluk halus itu dengan tatapan yang serius tanpa ada keragu-raguan. Bahasa yang digunakan hampir sama dengan bahasa kita sehari-hari sebagai manusia sesuai dengan keberadaan daerah kita berada. Makhluk halus juga memiliki kepekaan perasaan, ada rasa sedih (bisa mengeluarkan air mata), senang (diekspresikan dari sikap suka tertawa-tawa), marah (muka merah padam dan berbicara keras kasar), benci (memperlihatkan ekspresi muka yang tidak senang secara berlebihan), cinta (terlihat begitu romantis dan menjadi penurut, sikapnya kalem, muka tersenyum tersipu-sipu, nampak senang berlebihan terhadap lawan jenis dan juga dapat mencintai manusia).
 Mereka (makhluk halus) memiliki daya pikir tetapi terbatas (cara berpikirnya lurus, tidak bisa menganalisis dan diagnosis), tetapi hanya sebagai penyaji fakta (informasi), namun mereka juga suka berbohong maka dari itu harus dilakukan juga cross check informasi. Pada hakikatnya semua permasalahan hidup yang ada yang tidak dapat dipecahkan oleh akal manusia, maka dapat dipecahkan dengan magic atau gaib. Sebagai contoh adalah teluh, maupun santet, didalam ilmu kedokteran kedua penyakit yang disebabkan karena teluh maupun santet tidak dapat terdeteksi oleh alat-alat medis dan merupakan sesuatu yang tidak dapat dicerna oleh akal sehat manusia. Hal ini dikarenakan tidak semua permasalahan ataupun sesuatu hal dapat dilogika, ada kalanya sesuatu hal tersebut hanya dapat dipecahkan melalui perasaan maupun batin manusia.
Sebagai contoh adalah makhluk ciptaan manusia yang tak kasat mata. Jika dilogika, makhluk tersebut tidak dapat dilogika keberadaannya, namun hanya dapat dirasakan. Makhluk gaib tersebut sebenarnya sangatlah ingin dihargai keberadaannya, maupun perwujudannya meskipun hanya beberapa orang sajalah yang dapat mengerti maupun mengetahuinya. Kepercayaan masyarakat Jawa pada hal-hal yang tidak berwujud atau kodrati (sesuatu yang tidak berwujud yang di luar kemampuan manusia untuk menggapainya) ini sangat kental mewarnai kehidupannya. Meskipun dalam kenyataannya manusia Jawa sering mengakui menganut salah satu agama-agama besar di Indonesia, misalnya Islam, Kristen, Katolik, Hindu maupun Budha.
Namun masyarakat Jawa masih tetap memegang kepercayaan asli nenek moyang, atau yang sering dikenal dengan Kejawen. Semua ini terjadi dikarenakan kepercayaan akan roh-roh halus, pemujaan akan arwah nenek moyang, ketakutan kepada tempat-tempat yang dianggap angker, tanpa disadari masih berlangsung secara terus menerus. Semua kepercayan terhadap makhluk gaib tersebut dilakukan guna menghormati keberadaannya tersebut, atau untuk menciptakan Memayu Hayuning Bawana terhadap makhluk gaib. Makhluk gaib atau sering disebut dengan makhluk halus ini, dapat berupa orang-orang yang mati penasaran, namun yang paling penting makhluk halus yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa adalah makhluk halus yang mempunyai kedudukan atau bersifat sebagai penguasa.
Makhluk halus tersebut adalah Dhanyang  yaitu Dewa ataupun orang yang pertama kali membuka suatu tempat untuk kemudian tempat tersebut dijadikan sebagai tempat tinggal. Selanjutnya adalah Ingkang Bahu Reksa  yaitu Makhluk halus yang menjaga suatu tempat atau bangunan. Sing Ngemong merupakan dulur tuwa yang menjaga kita yang terdiri dari papat lima pancer. Pepundhen merupakan sesuatu yang harus dihormati, yang biasanya dalam wujud makam dan pepundhen hampir sama dengan dhanyang, yaitu sama-sama leluhur yang dihormati.Selain itu ada pula makhluk halus lain yang tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa, antara lain Kyai dan Nyi Puthut, mahluk halus yang membantu anak-anak menunggu sawahnya menjelang panen agar tidak diserang burung pipit dan manyar.
Dengan doa-doa dan sesaji tertentu mahluk halus ini akan tinggal pada orang-orangan sawah. Jika banyak burung yang hinggap di bulir-bulir padi maka orang-orangan sawah ini akan bergerak dengan sendirinya sehingga burung akan takut dan terbang. Jadi sebenarnya Kyai dan Nyi Puthut merupakan gambaran dari para penjaga sawah.Nini Thowok, sering dipanggil dan diajak ikut bermain dan menari oleh anak-anak pada saat bulan purnama. Untuk memanggilnya, selain dengan mantra tertentu biasanya dengan menyanyikan lagu Lir-Ilir secara lembut dan mengalun seperti semilirnya angin yang lembut pada saat bulan purnama. Prewangan,yaitu makhluk halus yang menemani manusia dalam bekerja keras dan penuh tantangan atau dalam perjalanan jauh.
Semua makhluk halus tersebut mempunyai tempat tersendiri di lingkungan masyarakat Jawa khususnya pada orang-orang yang beraliran Kejawen. Hal ini berkaitan dengan sifat Memayu Hayuning Bawana. Di dalam Memayu Hayuning Bawana terhadap makhluk gaib dapat dilakukan dengan cara mempercayai keberadaannya serta tidak mengganggu atau mengusik keberadaannya.Hubungan sosial manusia dan mahluk halus dalam masyarakat tradisional, mahluk halus merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri, dalam arti bahwa mahluk halus juga berasal dari para leluhur, sanak saudara, dan keluarga yang telah meninggal. Mereka juga dipercaya sebagai penghuni pertama sebelum manusia menempati daerah atau wilayah tersebut. Maka dari itu, sebelum mengadakan suatu hajatan (perkawinan, sunatan, pembangunan rumah, pertunjukan seni tradisional) masyarakat selalu memberi sesaji di tempat-tempat yang dianggap keramat di mana dipercaya arwah leluhur dan Dhanyang Desa berada. Demikian juga acara Bersih Desa juga merupakan penghormatan kepada leluhur yang telah membangun desa tersebut selain juga sebagai doa agar desa tetap subur makmur dan bebas dari malapetaka. Pemberian sesaji ini untuk memberitahu dan mengajak Dhanyang Desa untuk ikut serta dalam pesta tersebut dan menjaganya agar tidak mendapat gangguan dari makhluk yang jahat.Namun dalam kenyataannya sekarang ada pula manusia yang seakan memuja makhluk halus ataupun setan demi mendapatkan kesenangan duniawi diantaranya dengan pesugihan. Semua itu terjadi karena kurangnya keimanan kepada Tuhan YME.  

Memayu Hayuning Bawana merupakan tujuan dari kehidupan yang sebenarnya. Selain kepada sesama manusia, Memayu Hayuning Bawana juga harus diterapakan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan. Semua ini mencakup semua aspek yang berada di alam semesta, antara lain adalah Alam dan Makhluk Halus yang tak kasat mata. Suasana tentram dan damai dapat tercipta jika sesama makhluk hidup saling menghormati dan menghargai keberadaannya. Hal ini dikarenakan pada hakikatnya semua makhluk di muka bumi saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Makhluk halus merupakan makhluk yang banyak disekitar kita namun karena ke-gaibannya sehingga tidak sembarang orang dapat melihat dan mengetahui secara detail keberadaan maupun bentuknya. Maka dari itu untuk mendapatkan suasana yang sesuai dengan tujuan dari Etika Jawa, seharusnya antara sesama makluk harus saling menghargai, menghormati tidk menyepelekan ataupun memandang rendah kepada makhluk lain khususnya makhluk halus. Hal ini dikarenakan makhluk halus merupakan makhluk yang tak kasat mata yang dapat mengganggu manusia jika manusia selalu mengusik keberadaannya.


0 komentar:

Posting Komentar