Hubungan antara Manusia dengan Makhluk Halus
dalam
Etika Jawa(Memayu Hayuning Bawana)
Manusia Jawa yang telah dipengaruhi
hal-hal modern tetap masih percaya akan adanya alam lain selain alam yang di
huni saat ini, yaitu alam gaib atau dunia gaib. Dunia gaib bersifat tidak kasat
mata atau hanya dapat dilihat dengan mata batin, dan kemampuan itupun hanya dimiliki oleh orang-orang
tertentu saja tidak semua orang dapat mengetahuinya. Biasanya yang dapat
mengetahui, merasa ataupun melihat hanyalah orang-orang yang melakukan laku tirakat, ataupun orang yang
mempunyai Trah atau keturunan darah
biru.Seseorang yang mempunyai keturunan darah biru biasanya memiliki ilmu
turunan dari para leluhurnya, atau dengan kata lain ilmu tersebut ada melalui
faktor genetik.
Selain
itu cara untuk dapat melihat atau
berkomunikasi dengan makhluk halus tersebut diantaranya adalah dengan melakukan
tapa, laku-laku kejawen yang sering
dikenal dengan nglakoni, ataupun
dengan melakukan puasa mutih, pati geni
dan lain sebagainya hal ini bertujauan untuk Olah Roso (saling menghormati dan menghargai antara sesama makhluk).Cara
manusia berkomunikasi dengan para makhluk halus yaitu dengan cara menggunakan
bahasa batin, berbicara dalam hati sambil berkonsentrasi penuh dan menatap muka
para makhluk halus itu dengan tatapan yang serius tanpa ada keragu-raguan.
Bahasa yang digunakan hampir sama dengan bahasa kita sehari-hari sebagai
manusia sesuai dengan keberadaan daerah kita berada. Makhluk halus juga
memiliki kepekaan perasaan, ada rasa sedih (bisa mengeluarkan air mata), senang
(diekspresikan dari sikap suka tertawa-tawa), marah (muka merah padam dan
berbicara keras kasar), benci (memperlihatkan ekspresi muka yang tidak senang
secara berlebihan), cinta (terlihat begitu romantis dan menjadi penurut,
sikapnya kalem, muka tersenyum tersipu-sipu, nampak senang berlebihan terhadap lawan
jenis dan juga dapat mencintai manusia).
Mereka (makhluk halus) memiliki daya pikir
tetapi terbatas (cara berpikirnya lurus, tidak bisa menganalisis dan
diagnosis), tetapi hanya sebagai penyaji fakta (informasi), namun mereka juga
suka berbohong maka dari itu harus dilakukan juga cross check informasi. Pada
hakikatnya semua permasalahan hidup yang ada yang tidak dapat dipecahkan oleh
akal manusia, maka dapat dipecahkan dengan magic
atau gaib. Sebagai contoh adalah teluh,
maupun santet, didalam ilmu kedokteran
kedua penyakit yang disebabkan karena teluh maupun santet tidak dapat
terdeteksi oleh alat-alat medis dan merupakan sesuatu yang tidak dapat dicerna
oleh akal sehat manusia. Hal ini
dikarenakan tidak semua permasalahan ataupun sesuatu hal dapat dilogika, ada
kalanya sesuatu hal tersebut hanya dapat dipecahkan melalui perasaan maupun
batin manusia.
Sebagai contoh adalah makhluk ciptaan
manusia yang tak kasat mata. Jika dilogika, makhluk tersebut tidak dapat
dilogika keberadaannya, namun hanya dapat dirasakan. Makhluk gaib tersebut
sebenarnya sangatlah ingin dihargai keberadaannya, maupun perwujudannya
meskipun hanya beberapa orang sajalah yang dapat mengerti maupun mengetahuinya.
Kepercayaan masyarakat Jawa pada hal-hal yang tidak berwujud atau kodrati (sesuatu yang tidak berwujud
yang di luar kemampuan manusia untuk menggapainya) ini sangat kental mewarnai
kehidupannya. Meskipun dalam kenyataannya manusia Jawa sering mengakui menganut
salah satu agama-agama besar di Indonesia, misalnya Islam, Kristen, Katolik,
Hindu maupun Budha.
Namun masyarakat Jawa masih tetap
memegang kepercayaan asli nenek moyang, atau yang sering dikenal dengan Kejawen. Semua ini terjadi dikarenakan
kepercayaan akan roh-roh halus, pemujaan akan arwah nenek moyang, ketakutan
kepada tempat-tempat yang dianggap angker, tanpa disadari masih berlangsung
secara terus menerus. Semua kepercayan terhadap makhluk gaib tersebut dilakukan
guna menghormati keberadaannya tersebut, atau untuk menciptakan Memayu Hayuning Bawana terhadap makhluk
gaib. Makhluk gaib atau sering disebut dengan makhluk halus ini, dapat berupa
orang-orang yang mati penasaran, namun yang paling penting makhluk halus yang
sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa adalah makhluk halus yang mempunyai
kedudukan atau bersifat sebagai penguasa.
Makhluk halus tersebut adalah Dhanyang yaitu Dewa ataupun orang yang pertama kali
membuka suatu tempat untuk kemudian tempat tersebut dijadikan sebagai tempat
tinggal. Selanjutnya adalah Ingkang Bahu
Reksa yaitu Makhluk halus yang
menjaga suatu tempat atau bangunan. Sing
Ngemong merupakan dulur tuwa yang
menjaga kita yang terdiri dari papat lima
pancer. Pepundhen merupakan
sesuatu yang harus dihormati, yang biasanya dalam wujud makam dan pepundhen
hampir sama dengan dhanyang, yaitu sama-sama leluhur yang dihormati.Selain itu
ada pula makhluk halus lain yang tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa, antara
lain Kyai dan Nyi Puthut, mahluk
halus yang membantu anak-anak menunggu sawahnya menjelang panen agar tidak
diserang burung pipit dan manyar.
Dengan doa-doa dan sesaji tertentu
mahluk halus ini akan tinggal pada orang-orangan sawah. Jika banyak burung yang
hinggap di bulir-bulir padi maka orang-orangan sawah ini akan bergerak dengan
sendirinya sehingga burung akan takut dan terbang. Jadi sebenarnya Kyai dan Nyi
Puthut merupakan gambaran dari para penjaga sawah.Nini Thowok, sering
dipanggil dan diajak ikut bermain dan menari oleh anak-anak pada saat bulan
purnama. Untuk memanggilnya, selain dengan mantra tertentu biasanya dengan
menyanyikan lagu Lir-Ilir secara lembut dan mengalun seperti semilirnya angin
yang lembut pada saat bulan purnama. Prewangan,yaitu
makhluk halus yang menemani manusia dalam bekerja keras dan penuh tantangan
atau dalam perjalanan jauh.
Semua makhluk halus tersebut mempunyai
tempat tersendiri di lingkungan masyarakat Jawa khususnya pada orang-orang yang
beraliran Kejawen. Hal ini berkaitan dengan sifat Memayu Hayuning Bawana. Di dalam Memayu Hayuning Bawana terhadap
makhluk gaib dapat dilakukan dengan cara mempercayai keberadaannya serta tidak
mengganggu atau mengusik keberadaannya.Hubungan sosial manusia dan mahluk halus
dalam masyarakat tradisional, mahluk halus merupakan bagian dari masyarakat itu
sendiri, dalam arti bahwa mahluk halus juga berasal dari para leluhur, sanak
saudara, dan keluarga yang telah meninggal. Mereka juga dipercaya sebagai
penghuni pertama sebelum manusia menempati daerah atau wilayah tersebut. Maka
dari itu, sebelum mengadakan suatu hajatan (perkawinan, sunatan, pembangunan
rumah, pertunjukan seni tradisional) masyarakat selalu memberi sesaji di
tempat-tempat yang dianggap keramat di mana dipercaya arwah leluhur dan
Dhanyang Desa berada. Demikian juga acara Bersih Desa juga merupakan
penghormatan kepada leluhur yang telah membangun desa tersebut selain juga
sebagai doa agar desa tetap subur makmur dan bebas dari malapetaka. Pemberian
sesaji ini untuk memberitahu dan mengajak Dhanyang Desa untuk ikut serta dalam
pesta tersebut dan menjaganya agar tidak mendapat gangguan dari makhluk yang
jahat.Namun dalam kenyataannya sekarang ada pula manusia yang seakan memuja
makhluk halus ataupun setan demi mendapatkan kesenangan duniawi diantaranya
dengan pesugihan. Semua itu terjadi
karena kurangnya keimanan kepada Tuhan YME.
Memayu Hayuning Bawana merupakan tujuan dari kehidupan yang sebenarnya. Selain kepada sesama manusia, Memayu Hayuning Bawana juga harus diterapakan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan. Semua ini mencakup semua aspek yang berada di alam semesta, antara lain adalah Alam dan Makhluk Halus yang tak kasat mata. Suasana tentram dan damai dapat tercipta jika sesama makhluk hidup saling menghormati dan menghargai keberadaannya. Hal ini dikarenakan pada hakikatnya semua makhluk di muka bumi saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Makhluk halus merupakan makhluk yang banyak disekitar kita namun karena ke-gaibannya sehingga tidak sembarang orang dapat melihat dan mengetahui secara detail keberadaan maupun bentuknya. Maka dari itu untuk mendapatkan suasana yang sesuai dengan tujuan dari Etika Jawa, seharusnya antara sesama makluk harus saling menghargai, menghormati tidk menyepelekan ataupun memandang rendah kepada makhluk lain khususnya makhluk halus. Hal ini dikarenakan makhluk halus merupakan makhluk yang tak kasat mata yang dapat mengganggu manusia jika manusia selalu mengusik keberadaannya.
0 komentar:
Posting Komentar